Kamis, 19 Januari 2012

Asal-Usulnya :D

Bagaimana? Bagaimana aku bisa sampai di Jogja ini? Bagaimana ceritanya kok sampai sekarang aku bisa tinggal disini? Ada seorang teman yang bertanya seperti itu padaku, dan memintaku menceritakannya. Oke lah, sekalian aja aku ceritakan, mumpung banyak ilham yang menari-nari di otakku, haha :D
       Well, sejak aku kecil, sejak SD tepatnya, aku sudah bertekad kalau sudah besar nanti, SMA atau kuliah, aku ingin melanjutkan di Jogja. Kenapa yaa? Kenapa kenapa kenapa? Kenapa hey sodara-sodaraaaa? *alay mode on* hahaha mungkin alasan pertama, waktu kecil aku sering berlibur ke Jogja. Mamaku adalah seorang guru di SMP-ku, SMP 1 Patimuan. Nah, tiap tahun SMP itu mengadakan study tour kan. Dan bagi staf guru, boleh membawa anggota keluarganya untuk ikut liburan. Mama sering mengajak aku dan adikku saat SMP mengadakan study tour, pernah ke Jakarta atau Bandung, tapi lebih sering ke Jokja. Terhitung sejak TK sampai SD aku empat atau lima kali ke Jogja. 
       Dari pengalaman inilah, sedikit sedikit aku mengenal kota ini. Aku kagum pada budaya jawanya yang kental, keramahan warganya, makanan khasnya, dan terutama keindahan Jogja itu sendiri. Maka sejak saat itu aku mulai merangkai mimpiku untuk melanjutkan masa depanku di Kota Pelajar ini. Sampai suatu saat, tepatnya saat aku kelas 3 SMP, saat itu aku baru saja menyelesaikan ujian nasional. Seorang kakak kelasku (Mbak Ira) merekomendasikan sekolahnya. Ya, dia bersekolah di SMA 1 Sedayu, Bantul. Waktu itu, SMA itu sedang mengadakan seleksi untuk kelas akselerasi. Sekolah lain memang belum membuka pendaftaran, tapi kelas aksel ini sudah membuka penerimaan siswa baru untuk program akselerasinya.
       Pertamanya, aku tidak terlalu berminat. Saat itu aku masih ingin santai-santai menikmati kebebasan setelah selesai mengikuti UN. Rencananya, aku ingin melanjutkan di salah satu SMA favorit di Cilacap, karena banyak juga temanku yang berniat mendaftar di sana. Lagipula, sekolah aksel? Aku merasa tidak cukup pintar untuk masuk ke sana. Tapi orangtuaku mendorongku untuk sekadar mencoba, "Cuma coba aja, nanti kalo nggak ke terima, ya di Cilacap aja." Begitu kata Mama. 
       Oke, waktu itu aku mau untuk sekedar mencoba. Untuk pendaftaran, syaratnya nilai rata-rata raport untuk pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris paling sedikit 7. Dan karena nem (nilai UN) tidak diperlukan untuk mendaftar, syarat satu itu sudah terpenuhi. Yang ke dua adalah mengikuti ujian tertulis. Maka, saat anak-anak lain sedang bersantai di rumah menunggu hasil UN keluar, aku dan Mamaku pergi ke Jogja untuk mengikuti tes ini. 
        Pada saat itu, baru ada 5 orang termasuk aku yang mendaftar dan mengikuti ujian tertulis. Masih kuingat nomor pendaftaranku waktu itu, nomor 2, haha :D Waktu itu aku mengerjakan soal-soal itu sebisanya saja. Ternyata, aku diterima. Pemberitahuan disampaikan melalui sms, orangtuaku senang dan mengucapkan syukur, sedangkan aku kaget. Iya kaget, AKU DITERIMA? JOGJA? SMA 2 TAHUN? Ini mimpi, pikirku. Tapi ternyata bukan. Ini kenyataan, dan akhirnya aku juga mengucap syukur. 4 orang lain yang mengikuti test bersamaku juga lolos tes tertulis. Dan dengan 2 gelombang pendaftaran berikutnya, terkumpullah 19 orang lain yang kelak akan menjadi teman sekelasku.
       Mulai saat itulah, aku dan Mama bolak-balik Cilacap-Jogja. Mengurusi ini-itu. Mengikuti tes psikologi di UGM, administrasi, surat-surat. Karena aku tidak mempunyai kerabat di kota ini, maka aku menyewa kos yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Di kos ini aku tinggal bersama Mba Ira, yang dulu merekomendasikan aku untuk masuk aksel. Kamar kami bersebelahan :D
       Sebenarnya, ini masalah baru bagiku. Aku memang ingat impian masa kecilku untuk bersekolah di Jogja, dan hal itu sekarang sudah terwujud. Tapi....berjauhan dengan keluarga? Aku belum memikirkan hal ini sebelumnya. Pada dasarnya, aku anak yang cukup manja (terutama pada Mama). Dulu di rumah, tugasku sehari-hari adalah menyapu, mengepel, dan mencuci piring setiap pagi dan sore. Papa yang mencuci dengan mesin cuci, Mama di dapur, dan adikku yang kadang membantuku menjemur baju. Sekarang, aku harus melakukan semuanya sendiri???? Aku syok.
       Awal-awal masa kosku, semuanya terasa berat dan aku belum terbiasa. Saat MOS, Mama masih menemaniku, membantu melewati MOS yang melelahkan. Begitu MOS selesai, Mama kembali ke Cilacap. Aku sendirian. Rasanya kamar kosku terasa sepi, dingin, kosong dan menyeramkan. Malam-malam pertama tidurku tidak nyenyak. Semuanya aku lakukan sendiri tanpa keluarga. Tapi lama kelamaan aku mulai membiasakan diri. Aku mempunyai keluarga baru di sekolah, juga di kos. Aku tidak begitu merasa kesepian lagi. Aku mulai menikmati hidup baruku.
       Dan di sinilah aku sekarang. Aku banyak mendapatkan pengalaman di kota ini, bagaimana menjadi mandiri, berteman dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan merasakan hal-hal menyenangkan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan. Hampir dua tahun aku menjalani masa SMA-ku disini, yang sebentar lagi akan berakhir. Tinggal menunggu hitungan bulan aku harus menghadapi UN. Rasanya baru kemarin aku jadi anak SMP, eh sekarang masa SMA-pun sudah hampir habis. Waktu begitu cepat berlalu. 
       Bagaimana masa depanku? Sepertinya, aku akan tetap berada disini, di Jogjakarta. Bagiku, Jogja sudah seperti rumah keduaku. Aku mencintainya seperti aku mencintai tanah kelahiranku sendiri. Jadi, sudah kuputuskan akan melanjutkan kuliah di sini. Yang penting sekarang, aku harus berusaha mewujudkannya. Terus berusaha, belajar yang rajin, dan dengan dukungan serta doa dari orang-orang terdekatku, aku yakin aku bisa mencapainya. Semoga :D


With love, 
Dedott :*

Kesetiaan Hujan

       
       Hujan selalu setia padaku. Lihat saja, saat aku senang, hujan datang. Begitu pula saat aku sedih, hujan akan ada menemaniku. Kadang, ketika hatiku sedang benar-benar tak tentu, ia turun begitu deras. Rasanya, dia mengerti apa yang aku rasakan, maka ia ikut menangis. 
       Berlama-lama memandangi hujan dari jendela kelas, waktu seakan berhenti. Seolah hanya ada saat itu. Saat-saat tetes demi tetes air jatuh dari langit yang muram, turun lewat atap, dan akhirnya jatuh mengalir mengikuti aliran selokan di depan kelasku. Seandainya saat ini waktu menjadi abadi, aku tidak akan menolak. Bahkan aku tidak keberatan menghabiskan sisa hidupku hanya untuk sekedar memandangi hujan.
       Jika waktu abadi di saat seperti ini, tentu saja aku usah memikirkan tugas-tugas yang menumpuk, nilai-nilai ujianku, atau mendengarkan ceramah guruku di depan kelas, yang nyatanya kalah oleh alunan musik dari headset yang sejak awal pelajaran sudah terpasang di telingaku.
       Aku juga tidak perlu repot mengurusi masalah-masalah hidup yang tiap saat mengganggu pikiranku. Saat waktu berhenti dan menjadi abadi, masalah serumit apapun toh tidak perlu menemukan penyelesaian. Semua menjadi tidak penting lagi.
       Dan semua akan menjadi sederhana. Hanya aku dan hujan dalam keabadian. Bukankah itu sangat sederhana? Kata orang, bahagia itu sederhana. Dan dengan mencintai kesederhanaan itu sendiri, aku merasa bahagia. Jadi sekarang, melalui jendela kelasku, aku kembali memandangi hujan. Hatiku menjadi lebih damai. Sejenak melupakan masalah-masalahku. Aku menikmati waktu abadiku ini, dan aku tau, hujan akan tetap setia.

With love, 
Dedott :*

Jumat, 13 Januari 2012

Untuk 'Segalaku'

       Kita bertemu dalam dunia yang absurd, yang awalnya tak kumengerti. Tak mengerti kenapa harus di saat seperti ini kita dipertemukan. Tak mengerti mengapa harus dengan cara seperti ini. Tak mengerti kenapa juga harus dengan kamu aku bertemu, yang pada akhirnya kusebut 'segalaku'.

       Dan kita disini, terjebak dalam ke-absurd-an itu sendiri. Kita seperti terjebak dalam dunia yang tidak nyata. Imajiner, layaknya dunia mimpi atau fantasi. Abstrak, tidak bisa kita definisikan dan kita pahami. Tapi aku bahagia. Kita melewati masa yang singkat hingga tidak aku sadari kita saling memiliki. Rasanya, kemarin kamu hidup dalam dunia yang berbeda denganku. Aku tak mengenal sosokmu, tapi tiba-tiba kamu telah berada di dunia yang absurd ini, bersamaku, menjadi milikku!
       Aku pernah mengatakannya padamu --baru saja-- bahwa kamu tak ubahnya seperti lelaki lain yang sebelumnya datang dalam dunia absurdku, menyakitkan dan pada akhirnya akan meninggalkan aku sendiri disini. Tapi dalam hatiku, aku tahu kamu berbeda. Aku tahu kamu akan meninggalkan bekas yang indah. Bukan, aku bukan seorang indigo yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi. Itu hanya keyakinanku saja, dan keyakinanku itu akan kupelihara. Hanya untuk sekedar mengingatkan diriku sendiri, bahwa kamu memang berbeda.
       Seperti pasangan lain yang dimabuk asmara, kita mengisi hari-hari awal kita dengan kebahagiaan. Kita melakukan banyak hal bersama, membicarakan banyak hal berdua. Sama-sama mengagumi hujan yang pesonanya bisa membius kita berdua untuk berlama-lama menatapnya, sambil tangan kita saling bertautan dan merasakannya dalam hati. Kau tahu, semuanya menyenangkan bagiku. Terutama saat kamu berada di sampingku, rasanya duniaku tidak se-absurd sebelumnya.
       Tiap hari saat sinar matahari menerobos lewat celah-celah jendela kamarku, aku tahu hariku akan baik. Tentu saja alasan senyum pertamaku tiap pagi adalah kamu :) Bahkan kamu yang membuatku percaya bahwa hariku tetap akan baik sekalipun langit mendung dan matahari tidak terlihat. 
       Di tengah kejenuhan menjalani kegiatan monoton di dunia absurdku, dengan mengingat senyummu dan mengucapkan namamu pelan-pelan dalam hati, sudah membuatku merasa lebih baik. Tahu kan, kamu selalu menjadi penyemangatku :)
       Kadang, aku merasa begitu lelah, begitu sakit dengan keadaanku. Lalu ada begitu banyak kalimat keluhan yang keluar dari mulutku. Aku akan mengatakan semuanya sia-sia, tidak ada gunanya aku bertahan di sini, aku terlalu lelah, dan segala macam yang memuakkan. Aku lupa caranya bersyukur dan bagaimana berfikir positif. Aku tidak ingat dengan semua yang masih kumiliki, yang mencintaiku, yang menyayangiku. Tapi kamu tidak bosan mengingatkanku. Dan walaupun aku menganggap kata-katamu angin lalu, diam-diam aku bahagia. Kamu mengembalikanku ke jalanku semula :)
       Pasti kamu berusaha mati-matian menghadapi egoku. Tidak banyak memang yang bisa memahami kepribadianku yang labil ini. Emosiku gampang sekali tersulut karena suatu hal, dan aku tidak mudah mengendalikannya. Kamu tidak akan tahu rasanya seperti apa, berusaha menahan semuanya di tengah-tengah kekacauan hatiku. Tapi lagi-lagi kamu bisa membuatku bertahan. Mungkin kamu tidak menyadarinya, tapi percayalah, setiap nasihat yang kamu beri selalu mampu membuatku bangkit.
       Saat mataku tidak bisa terpejam di tengah malam, aku sering berdialog dengan Tuhan. Bertanya siapa sebenarnya kamu ini? Mengapa kamu bisa mengubah tangis menjadi tawa? Mengubah yang hitam menjadi putih, Menjadikan yang mustahil menjadi mungkin. Aku rasa, kamu malaikatku. Tuhan selalu punya cara untuk menyelamatkanmu, kata seseorang padaku. Dan aku tahu kini, Tuhan menyelamatkanku dengan cara mengirimkan kamu. Aku tidak perlu bertanya lagi siapa kamu. Kamu adalah cinta, yang mengisi kekosongan dalam hatiku. Kamu akan berada di sebelahku saat aku kesepian. Kamu akan mendekapku dengan tangan-tangan kekarmu saat aku menangis, dan membawaku dalam pelukanmu. 
       Aku suka saat kamu menggenggam tanganku dan menciumnya lembut. Aku suka caramu menatap mataku. Aku suka berbagi eskrim denganmu. Aku suka saat berada di jok belakangmu dan memelukmu erat. Aku suka jika kamu mengecup pelan keningku. Dan aku merasa teristimewa saat kamu menyebutku 'My Only Rose'. 
       Tidak banyak kata yang bisa menggambarkan kamu dalam dunia kata-kataku, sama seperti dunia absurdku. Pada saatnya nanti, aku akan sangat takut kehilangan kamu. Tentu saja, kamu kan segalaku. Aku mencintaimu. Itu sudah cukup mewakili segala yang aku rasakan padamu. 
       Terimakasih telah menjadi matahari di pagiku, bintang di malamku. Terimakasih untuk kesabaranmu. Terimakasih karena menjadi pelangi setelah hujanku. Terimakasih telah begitu baik, terimakasih untuk segala perhatianmu. Terimakasih membuat jantungku tetap berdetak. Aku selalu mencintaimu, dan akan selalu seperti itu.


       Kau segalaku :) :*


With love, 
Dedott :* 

      

Karunia Kanker Otak

       Bulan Agustus 2002 aku menerima hadiah terbesar dalam hidupku ketika aku divonis menderita kanker otak tahap akhir dan akan meninggal dalam empat sampai enam bulan. Ketika ini terjadi, aku baru lima bulan menikah. Karierku sedang berjalam dengan baik, keluarga dan teman-teman mencintaiku. Aku belum pernah sebahagia itu. Jadi, mengapa ini adalah karunia besar? Mengapa?
       Karena aku harus menghadapi kematianku.
       Saat itu tengah malam di bulan Januari 2003. Aku berjalan di luar, di tengah cuaca dingin, seorang diri dan merasa pahit. Percobaan klinis yang telah aku masuki penuh dengan ketidakpastian dan bahaya. Aku hanya bisa berpartisipasi karena penyakitku sudah berada ditahap akhir, kemungkinan hidupku sudah minimal. Aku bingung, selalu mual, dan nyaris tidak bisa berjalan, bahkan dengan bantuan tongkat sekalipun. 
       Aku sangat marah pada situasiku: Aku membenci kankerku, para dokter, dan Tuhan. Aku menemukan diriku menjerit, menangis dan mengamuk melawan ketidakadilan. Untuk pertama kalinya dalam 54 tahun, akhirnya aku menemukan kebahagiaan hidupku, dan sekarang penyakit yang mengerikan ini akan mencabutku, bukan hanya dari kebahagiaan hidup, tetapi juga kestabilan, kenyamanan, atau kedamaian. Apakah aku ditakdirkan untuk terpincang-pincang membusuk setiap hari menuju kuburan yang dingin?
      Kemudian tiba-tiba, di tengah kekacauan, muncul sebuah suara ilhami dari seorang teman lama, majikan, dan mentor, W. Clemen Stone, salah satu dari orang-orang pertama yang menulis tentang Positive Mental Attitude (Sikap Mental Positif), atau PMA. Di benakku, aku bisa mendengar dia berkata, seperti yang telah dilakukannya ribuan kali: "Bagi mereka yang memiliki Sikap Mental yang Positif, setiap kejadian buruk mengandung benih dari manfaat yang setara, atau lebih bear lagi."
       Apa?
       Kau serius?
       Manfaat yang lebih besar?
       Apa manfaat yang lebih besar dari sekarat kanker otak, Pak Tua?
       Kata-katanya terus bergema di bagian otakku yang masih  berfungsi. Bukan hanya beberapa kejadian buuk, katanya, tapi semuanya, SETIAP kejadian buruk, mengandung benih manfaat yang setara atau lebih besar! Ah, dia pasti bergurau!
       Untungnya, setelah bertahun-tahun perannya sebagai mentor, guru, dan pahlawan, paling sedkit dia elah meninggalkan bekas-- kata-kata "Aku berpikir rasional" memancar seperti sinar matahari di atas kepalaku. Dia sering menggunakan kata-kata itu--sering sekali dalam menggambarkan situasi kritis yang dia hadapi dalam hidupnya. Pernah kepalanya diacungi pistol oleh seorang yang putus asa dan depresi, yang memberitahu bahwa dia akan kehilangan segalanya-- dia akan membunuh Mr. Stone, lalu membunuh dirinya sendiri. Jika kebanyakan orang panik, Mr. Stone berkata dengan tenang, "Aku berpikir rasional," kemudian melanjutkan dengan memikirkan rencana yang logis, bukan hanya menyelamatkan dirinya sendiri tetapi juga orang itu. Kelak dia menempatkan orang itu dalam bisnisnya, dimana dia menjadi sukses dan makmur selama sisa hidupnya.
       "Jadi," kataku kepada diriku sendiri,"Ayo berpikir." Langsung saja aku merasa damai dan rasional-- untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan. 
       Jadi... apa saja kemungkinannya bagiku? Bagaimanapun, hidup pada titik itu tidak harus menyediakan banyak pilihan yang bagus. Jelas aku tidak punya pilihan untuk 'hidup bahagia selamanya'-- atau apakah aku memilikinya?
       Kenyataannya, salah satu dari dua hal ini akan terjadi: Aku akan meninggal dalam waktu yang tidak lama lagi, atau yang lebih sedikit kemungkinannya, aku akan hidup panjang.
       Jadi, bagaimana jika aku meninggal tidak lama lagi?
       "Aku berpikir" jika aku menjadi sedih dan marah, maka aku akan menghabiskan beberapa bulan terakhir hidupku di dalam kesedihan dan keterasingan, menciptakan neraka hidup bagi orang-orang yang kucintai, dan akan dikenang, kalaupun aku dikenang, sebagai seorang pria tua menyedihkan yang membiarkan kanker otak mengalahkannya. Untuk sementara mereka menunjukkan simpatinya, tetapi pada akhirnya yang tersisa hanyalah rasa tidak suka padaku dan pada caraku meninggalkan mereka. 
       Di sisi lain, bagaimana jika aku positif dan penuh harapan? Itu tidak akan sedikitpun mengubah tanggal kematianku!
       Tetapi, itu berarti aku akan menghabiskan bulan-bulan terakhir hidupku dengan bernapas dalam-dalam dan  bening, puas, damai, dan mencintai keluarga serta setiap orang yang kutemui. Aku akan meninggal sebagai pria yang bahagia, dan dikenang sebagai jiwa berani yang menghadapi kematian dengan gagah, kuat, dan besar hati. Aku akan dihargai oleh orang-orang yang mengenalku. 
       Di sisi lain, bagaimana jika aku berhasil? Bagaimana jika aku tetap hidup?
       Maka aku tidak punya alasan untuk menjadi pahit karena siksaan! Mengapa menyia-nyiakan berbulan-bulan hidupku dengan mengeluhkan akhir yang belum tentu dekat?
       Jadi, begitulah--aku mempunyai semua alasan untuk bersikap positif terhadap kondisiku, dan sama sekali tidak ada alasan untuk bersikap negatif.
       Pada titik itulah, di saat itu juga, untuk pertama kalinya dalam hidup, aku berhenti sekarat dan mulai hidup.
       Aku mulai menceritakan kepada setiap orang yang kujumpai dan kukenal bahwa mendapatkan kanker otak adalah hal terbesar yang terjadi padaku, dan sampai saat ini aku masih memercayainya sepenuh hati.
       Lebih dari setahun yang lalu, aku mengetahui bbahwa kanker otakku telah kembali. Sekarang ini pengobatannya lebih maju san bisa diduga, prognosanya lebih baik; tetapi hasilnya tidak pernah pasti. Setelah satu tahun radiasi dan kemoterapi, para dokter telah memutuskan melanjutkan kemoterapi untuk waktu yang tak terbatas dan menjadwalkan MRI bulanan untukku, tanpa janji apapun.
       Bagaimana beritayang mengganggu ini memengaruhiku? Berita ini bahkan menjadikanku lebih positif lagi!
       Sejak saar khusus itu-- malam yang gelap dan dingin di bulan Januari 2003, aku tidak menyia-nyiakan satu detikpun dari hidupku untuk mengkhawatirkan kematian. Semua waktu dari hari-hariku kuhabiskan untuk hidup.
       Kanker otak yang telah menjadikanku manusia yang lebih baik. Jadi bagaimana denganmu? Kau akan emngalami hal-hal yang baik dan buruk di dalam hidup. Terkadang hidup akan memberi kita keberuntungan besar, terkadang akan mengoyak kita seperti batu bata yang menghantam wajah. 
       Apa yang terjadi pada kita akan tetap terjadi, dan kita hanya punya dua cara untuk meresponnya-- kita bisa menjadi positif dan bahagia, atau negatif dan bersedih. Itu saja. Kabar gembiranya adalah, pilihannya ada di tangan kita! Kita yang memutuskan seberapa bahagianya kita di setiap hari dari hidup kita, di setiap peristiwa hidup, terlepas dari kapan, apa, dan siapa.
       Hari ini juga buatlah keputusan untuk hidup, bukan untuk mati. Untuk menjadi positif, bukan negatif. Kau tidak perlu mengalami tragedi seperti aku untuk menemukannya. Hiduplah setiap hari, setiap menit, setiap detik dari hidup kita :)


oleh : Tom Schumm

with love,
Dedott :* 



     

Kamis, 12 Januari 2012

Captain Jack - Atas Nama Trauma

Bertahan untuk tetap waras
Tak semudah yang ku bayangkan saat ini
Bertahan di malam-malam menyakitkan
Tanpa harus menghabisi nyawaku sendiri

Tujuh puluh dua jam mataku tak terpejam
Tahun  sudah berlalu dan masih menghantuiku
Hidup dengan kutukan yang masih kutunggu
Untuk berakhir entah sampai kapan

Tak ada tempat sembunyi
Kemana aku harus lari
Dari trauma ini
Tak ada yang bisa dipercaya
Semua orang menyeramkan
Tapi harus bertahan
Hingga suatu saat traumaku pergi

Bertahan dari suara-suara
Dan bayangan yang menyakitkan setiap hari
Bertahan sekuat yang aku bisa
Agar ku tak mengakhiri hidupku disini

Lima hari berlalu tanpa bisa tertidur
Perang yang tak berhenti melawan diri sendiri
Semua yang menyakitkan datang silih berganti
Tak berakhir entah sampai kapan

Rabu, 11 Januari 2012

Hallo Blog :D

       Hallo blog, apa kabar? :) lama aku tidak bermain dalam duniamu, dunia tulis menulis yang dulu selalu aku jadikan tempat pelarian kebosananku. Yah, akhir 2011 yang lalu banyak yang menyibukkan aku, dan banyak hal yang membuatku melupakan kamu sejenak. Sekarang aku merindukanmu. Merindukan jari-jemariku menulis di atas keyboard netbook-ku, merangkai kata demi kata, meluapkan semua yang terlintas di pikiranku.
       Kamu lihat, Blog, kata-kataku sekarang begitu kaku. Aku tidak terbiasa lagi untuk menulis. Terlalu banyak masalah yang aku hadapi, terlalu banyak beban yang aku alami beberapa waktu belakangan. Dan hal itu membuat otakku malas memikirkan kata-kata yang indah. Semuanya tampak suram ya? 
       Well, 2011 berhasil aku lewati, walaupun dengan tidak begitu menyenangkan. Tahun 2011 menjadi tahun yang meninggalkan banyak kenangan. Aku kehilangan banyak orang yang dekat denganku, yang benar-benar aku cintai; Papa dan Nenekku. Juga kucing kesayanganku. Itu membuatku terpuruk begitu lama, menambah sakit yang selama ini sudah aku tanggung. Aku juga berkali-kali mengalami kegagalan dalam membina hubungan. Tapi sisi baiknya, hubunganku dengan keluarga, terutama Mama dan adikku, menjadi semakin dekat. Kami merasakan kesakitan yang dalam sejak Papa pergi, tapi kami berjuang bersama melewatinya.
       Selain itu, aku menemukan bahwa begitu banyak orang-orang yang menyayangiku. Saat aku jatuh dan terpuruk, banyak yang membantuku bangkit, mengulurkan tangan-tangan kepedulian mereka dan membuatku kembali tersenyum. 
       Semua yang terjadi dalam waktu setahun terakhir membuatku lebih kuat dan  siap menghadapi setiap hari baru. Banyak pelajaran yang aku dapat, dan itu membuatku berfikir lebih dewasa. Targetku di tahun 2012 ini adalah lulus ujian dan segera masuk ke perguruan tinggi. Banyak sekali harapan-harapan yang aku ingin wujudkan, dan dengan usaha serta tambahan semangat dari orang-orang yang kusayang, aku tahu aku bisa mencapai semuanya :)

Oya, akhir tahun lalu, aku dapat buku baru, Chicken Soup for Soul edisi Think Positive. Buku ini berisi 101 cerita inspiratif tentang mensyukuri karunia dan bersikap positif. Mungkin nanti beberapa kisahnya bakal aku posting disini. Aku mendapatkannya dari Mama, yang membelikannya saat kami berburu buku di Gramedia bulan Desember lalu. Dan buku ini menjadi buku favoritku saat ini :) 

Saat ini aku sedang merencanakan untuk membeli buku Chicken Soup lagi tetapi edisi yang lain, mungkin edisi tentang Persahabatan, Khusus Keluarga, atau Cinta :)


Walaupun terlambat, aku mengucapkan Selamat Tahun 2012 untukmu, Blogku :) semoga jari-jariku selalu betah bermain dalam duniamu, semoga kamu tidak bosan menerima semua curhatan dan keluh-kesahk.
Be better, keep struggle!  :D


With love, 
Dedott :*