Bagaimana? Bagaimana aku bisa sampai di Jogja ini? Bagaimana ceritanya kok sampai sekarang aku bisa tinggal disini? Ada seorang teman yang bertanya seperti itu padaku, dan memintaku menceritakannya. Oke lah, sekalian aja aku ceritakan, mumpung banyak ilham yang menari-nari di otakku, haha :D
Well, sejak aku kecil, sejak SD tepatnya, aku sudah bertekad kalau sudah besar nanti, SMA atau kuliah, aku ingin melanjutkan di Jogja. Kenapa yaa? Kenapa kenapa kenapa? Kenapa hey sodara-sodaraaaa? *alay mode on* hahaha mungkin alasan pertama, waktu kecil aku sering berlibur ke Jogja. Mamaku adalah seorang guru di SMP-ku, SMP 1 Patimuan. Nah, tiap tahun SMP itu mengadakan study tour kan. Dan bagi staf guru, boleh membawa anggota keluarganya untuk ikut liburan. Mama sering mengajak aku dan adikku saat SMP mengadakan study tour, pernah ke Jakarta atau Bandung, tapi lebih sering ke Jokja. Terhitung sejak TK sampai SD aku empat atau lima kali ke Jogja.
Dari pengalaman inilah, sedikit sedikit aku mengenal kota ini. Aku kagum pada budaya jawanya yang kental, keramahan warganya, makanan khasnya, dan terutama keindahan Jogja itu sendiri. Maka sejak saat itu aku mulai merangkai mimpiku untuk melanjutkan masa depanku di Kota Pelajar ini. Sampai suatu saat, tepatnya saat aku kelas 3 SMP, saat itu aku baru saja menyelesaikan ujian nasional. Seorang kakak kelasku (Mbak Ira) merekomendasikan sekolahnya. Ya, dia bersekolah di SMA 1 Sedayu, Bantul. Waktu itu, SMA itu sedang mengadakan seleksi untuk kelas akselerasi. Sekolah lain memang belum membuka pendaftaran, tapi kelas aksel ini sudah membuka penerimaan siswa baru untuk program akselerasinya.
Pertamanya, aku tidak terlalu berminat. Saat itu aku masih ingin santai-santai menikmati kebebasan setelah selesai mengikuti UN. Rencananya, aku ingin melanjutkan di salah satu SMA favorit di Cilacap, karena banyak juga temanku yang berniat mendaftar di sana. Lagipula, sekolah aksel? Aku merasa tidak cukup pintar untuk masuk ke sana. Tapi orangtuaku mendorongku untuk sekadar mencoba, "Cuma coba aja, nanti kalo nggak ke terima, ya di Cilacap aja." Begitu kata Mama.
Oke, waktu itu aku mau untuk sekedar mencoba. Untuk pendaftaran, syaratnya nilai rata-rata raport untuk pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris paling sedikit 7. Dan karena nem (nilai UN) tidak diperlukan untuk mendaftar, syarat satu itu sudah terpenuhi. Yang ke dua adalah mengikuti ujian tertulis. Maka, saat anak-anak lain sedang bersantai di rumah menunggu hasil UN keluar, aku dan Mamaku pergi ke Jogja untuk mengikuti tes ini.
Pada saat itu, baru ada 5 orang termasuk aku yang mendaftar dan mengikuti ujian tertulis. Masih kuingat nomor pendaftaranku waktu itu, nomor 2, haha :D Waktu itu aku mengerjakan soal-soal itu sebisanya saja. Ternyata, aku diterima. Pemberitahuan disampaikan melalui sms, orangtuaku senang dan mengucapkan syukur, sedangkan aku kaget. Iya kaget, AKU DITERIMA? JOGJA? SMA 2 TAHUN? Ini mimpi, pikirku. Tapi ternyata bukan. Ini kenyataan, dan akhirnya aku juga mengucap syukur. 4 orang lain yang mengikuti test bersamaku juga lolos tes tertulis. Dan dengan 2 gelombang pendaftaran berikutnya, terkumpullah 19 orang lain yang kelak akan menjadi teman sekelasku.
Mulai saat itulah, aku dan Mama bolak-balik Cilacap-Jogja. Mengurusi ini-itu. Mengikuti tes psikologi di UGM, administrasi, surat-surat. Karena aku tidak mempunyai kerabat di kota ini, maka aku menyewa kos yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Di kos ini aku tinggal bersama Mba Ira, yang dulu merekomendasikan aku untuk masuk aksel. Kamar kami bersebelahan :D
Sebenarnya, ini masalah baru bagiku. Aku memang ingat impian masa kecilku untuk bersekolah di Jogja, dan hal itu sekarang sudah terwujud. Tapi....berjauhan dengan keluarga? Aku belum memikirkan hal ini sebelumnya. Pada dasarnya, aku anak yang cukup manja (terutama pada Mama). Dulu di rumah, tugasku sehari-hari adalah menyapu, mengepel, dan mencuci piring setiap pagi dan sore. Papa yang mencuci dengan mesin cuci, Mama di dapur, dan adikku yang kadang membantuku menjemur baju. Sekarang, aku harus melakukan semuanya sendiri???? Aku syok.
Awal-awal masa kosku, semuanya terasa berat dan aku belum terbiasa. Saat MOS, Mama masih menemaniku, membantu melewati MOS yang melelahkan. Begitu MOS selesai, Mama kembali ke Cilacap. Aku sendirian. Rasanya kamar kosku terasa sepi, dingin, kosong dan menyeramkan. Malam-malam pertama tidurku tidak nyenyak. Semuanya aku lakukan sendiri tanpa keluarga. Tapi lama kelamaan aku mulai membiasakan diri. Aku mempunyai keluarga baru di sekolah, juga di kos. Aku tidak begitu merasa kesepian lagi. Aku mulai menikmati hidup baruku.
Dan di sinilah aku sekarang. Aku banyak mendapatkan pengalaman di kota ini, bagaimana menjadi mandiri, berteman dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan merasakan hal-hal menyenangkan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan. Hampir dua tahun aku menjalani masa SMA-ku disini, yang sebentar lagi akan berakhir. Tinggal menunggu hitungan bulan aku harus menghadapi UN. Rasanya baru kemarin aku jadi anak SMP, eh sekarang masa SMA-pun sudah hampir habis. Waktu begitu cepat berlalu.
Bagaimana masa depanku? Sepertinya, aku akan tetap berada disini, di Jogjakarta. Bagiku, Jogja sudah seperti rumah keduaku. Aku mencintainya seperti aku mencintai tanah kelahiranku sendiri. Jadi, sudah kuputuskan akan melanjutkan kuliah di sini. Yang penting sekarang, aku harus berusaha mewujudkannya. Terus berusaha, belajar yang rajin, dan dengan dukungan serta doa dari orang-orang terdekatku, aku yakin aku bisa mencapainya. Semoga :D
With love,
Dedott :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar