Senin, 24 Oktober 2011

Hujan dan Kenangan

      Bagiku, hujan dan kenangan adalah dua hal yang menyenangkan. Sama-sama indah jika dibayangkan. Bukankah begitu? :) Dalam hidupku, hujan dan kenangan adalah dua hal yang berhubungan erat, mempunyai arti satu sama lain.
     Hujan membawa banyak kenangan. Mungkin bagi sebagian besar orang juga begitu. Banyak kenangan yang tercipta saat hujan. Masa lalu, senang dan sedih. Aku suka hujan, sangat suka malah.
      Aku suka memandang hujan dari jendela kamarku. Menyentuh kaca jendela berharap bisa merasakan butir-butir air yang jatuh mengalir di kaca itu. Aku ingin merasakannya langsung. Tapi aku rasa itu hal yang sulit untuk aku rasakan sekarang. Mama akan segera melarangku, khawatir aku akan flu, demam, dan akhirnya tidak bisa berangkat sekolah. Ini sungguh aneh menurutku. Padahal dulu sewaktu aku kecil, Mama jarang melarangku hujan-hujanan. Hmm, mungkin karena Mama ingin aku menikmati masa kecilku :)
       Lalu anganku melayang ke masa itu. Masa-masa dimana hujan menjadi hal yang sangat aku gemari. Saat hujan datang, kami (aku dan teman-temanku) akan saling berbagi payung. Kami berangkat sekolah di bawah naungan payung warna-warni, berjinjit-jinjit diantara kubangan air sambil membicarakan PR yang sebagian belum kami kerjakan.
       Kemudian saat kam istirahat, kami akan duduk berjejer di bangku depan kelas. Saling diam, dengan pikiran anak kelas 4 SD kami. Menikmati aroma tanah basah sampai bel masuk berbunyi, memaksa kami kembali  ke kelas. 
        Jika kami lupa membawa payung dan hujan turun membasahi bumi, maka saat pulang sekolah kami akan berebut memotong daun pisang di sekitar sekolah untuk dijadikan payung. Lalu kami akan menjinjing sepatu kami, menyusuri jalanan yang tergenang air sebatas pergelangan kaki. Dengan riang kami akan mencari genangan air yang besar dan dalam. Saling mencipratkan air ke teman terdekat, tak peduli baju seragam kami menjadi basah dan berwarna kecoklatan.
       Hari Minggu teman-temanku biasanya berkumpul di rumahku. Selesai mengerjakan tugas, kami akan menunggu hujan. Dan saat apa yang kami nanti tiba, kami segera berlomba berlari ke lapangan Sekolah Kristen depan rumahku tanpa alas kaki. Bermain bola kaki milik adikku, bermain petak umpet diantara hujan, apapun yang membuat kami senang. Tak perlu takut dimarahi, karena sudah kubilang , Mama tidak akan melarang kami. Walaupun esoknya satu dua dari kami tidak berangkat sekolah, toh kami tak pernah kapok. Entah mengapa kami sangat menyukai hujan. 
       Bagiku, hujan adalah tentang aku dan teman-temanku.
       Hujan juga menyimpan beberapa kenangan yang belakang kurasakan sangat berarti. Aku dan Papa pernah menikmati hujan bersama. Saat itu kami dalam perjalanan ke rumah nenek di Pangandaran. Hujan yang begitu lebat memaksa kami untuk berteduh di depan toko yang tutup.
       Tanpa berkata sedikitpun, Papa memakaikan jaketnya padaku, yang tengah menggigil di pojokan. Lalu beliau kembali duduk di atas motor dan perlahan menghisap rokoknya, masih tanpa kata-kata. Yah, Papa memang pendiam. Dan karena hubunganku dengannya tidak begitu dekat, aku cukup tau bahwa dalam diamnya, Papa selalu memperhatikan aku
       Di rumah, saat hujan sore hari, Papa akan duduk di sofa ruang tamu berselonjor kaki, mendengarkan lagu-lagu dari penyanyi favoritnya, Iwan Fals. Moci dan Poci (kucing kembar kami) akan tidur manja di sebelahnya. Dan kadang tanpa diperintahpun aku biasanya membuatkan Papa segelas kopi. Papa akan menyeruput pelan-pelan kopi buatanku, sedang aku dan adikku akan berbagi Energen dalam gelas yang sama.
     Saat kepergian Papa pertengahan bulan April (14/04) yang lalu, hujan juga yang menemaniku pulang ke rumah. Bayangan tentang Papa berkeliaran liar dalam otakku. Saat akhirnya hujan mengantarkanku ke depan Papa, aku tak kuasa melihat senyum terakhirnya. Seperti hujan yang turun semakin deras, tangisku pecah makin deras. Tapi saat esoknya aku mengantar Papa ke peristirahatan terakhirnya, langit cerah dan matahari tersenyum. Mungkin Papa tidak ingin melihat sedihku diantara hujan :')
       Dalam diam, dalam hujan. Bagiku, hujan dan Papa adalah dua hal yang tak mungkin kembali. Bahkan sekali-sekali aku masih mencoba membongkar kotak ingatanku, berharap menemukan lebih banyak lagi kenangan dengan Papa bersama hujan.
       Well, tiap orang pasti mempunya kenangan tentang hujan. 
       Mendekati akhir bulan ini, setelah musim kemarau yang panjang, akhirnya hujan turun juga. Butir air satu persatu turun ke bumi. Lama-lama semakin deras. Kutatap semuanya dari jendela kelasku. Tanaman dan pohon-pohon basah . Anak-anak berseragam olahraga berlarian tak tentu arah menghindari hujan. Langit mendung dan udara menjadi sejuk. 
       Tercium bau tanah yang basah. Hey, aku sangat merindukan aroma ini. Rasanya seperti kembali ke masa itu. Lalu mulai kupejamkan mataku, Kuresapi semuanya. Membayangkan, hanya membayangkan wajah orang-orang yang kurindukan. Terkadang, banyak hal indah yang tidak selalu dapat kita lihat. Just feel it. Rasakan. Dan aku merasakannya, kenangan di dalam hujan.

With love, 
Sarithala :*
         

1 komentar: