Sebenarnya, saya tidak pandai menulis. Tapi saya suka :) Merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, begitu seterusnya. Rasanya menyenangkan mengungkapkan apa yang ada di pikiran kita ke dalam tulisan. Entah itu sekadar perasaan kita, kegiatan kita, atau cerpen, ya apapun yang kita mau.
Kebiasaan saya menulis di mulai sejak SD. Mungkin sekitar kelas 4 atau 5. Mama saya memang selalu mengajak anak-anaknya untuk gemar membaca. Dulu saya sempat langganan majalah Bobo, yang tokohnya kelinci lucu berwarna biru itu. Dari kebiasaan membaca itulah, lama-kelamaan saya jadi tertarik untuk menulis. Awalnya hanya sebatas menulis di buku diary, dimulai dengan kata-kata "Dear Diary..." haha, saya jadi ingat buku harian saya sewaktu SD. Saya punya banyak sekali buku harian, yang rata-rata berisi kegiatan saya sehari-hari. Cerita saya di rumah, di sekolah, bersama teman-teman, cinta monyet, sampai cinta kingkongnya.
Saat saya membaca buku diary itu lagi, saya jadi kepikiran untuk membuat cerpen. Dulu memang masih sederhana, tapi sudah ada beberapa pembaca setia saya, tentu saja teman-teman dekat saya, hehe. Mereka bilang tulisan saya bagus, (walaupun saya yakin kenyataannya tidak sebagus itu :p ) dan mereka terus memotivasi saya untuk menulis. Begitu juga dengan Mama, kebetulan karena beliau seorang guru Bahasa Indonesia, saya banyak belajar tentang bagaimana menulis yang baik.
Namun karena waktu saya SMP saya lebih fokus ke dunia olahraga, yaitu bola voli, saya lebih sering mengabaikan dunia tulis menulis ini. Saat masuk SMA, saya juga sudah tidak terlalu tertarik untuk menulis. Paling-paling saya masih gemar membuat puisi dari pada menulis cerpen atau artikel seperti dulu. Menurut saya membuat puisi itu malah lebih mudah, karena saat sedang diam pun kadang saya mendapat inspirasi, saya menyebutnya ilham :D hehe.
Beberapa waktu lalu, saya meminta salah satu teman dekat saya semasa SD untuk membuka blog saya ini. Saya ingin mendengar pendapat dia mengenai tulisan saya sekarang. Dan setelah membacanya, dia menelephone saya.
"Tulisan kamu bagus-bagus kok. Kamu tetep pinter nulis kayak dulu." Ujarnya. Saya hanya tertawa dipuji seperti itu. Saya tahu, dia orangnya memang pandai memuji.
"Tapi ada yang lain ya rasanya.." Lanjutnya lagi.
"Oya? Lain gimana maksudnya?" Tanya saya penasaran.
"Waktu aku baca tulisan kamu, aku nangkep auranya kok sedih ya? Suram gitu lho. Gaya bahasa yang kamu pake sekarang beda deh dari yang dulu. Sekarang lebih dalem, tapi sedih. Eh kamu inget nggak, cerpen kamu yang judulnya Biru Muda? Itu salah satu favorit aku. Aku seneng sama cara kamu ceritanya, ceria, polos, masa kecil yang bahagia. Enggak kayak yang sekarang itu. Kamu kalo cerita yang bikin orang lain seneng dong, jangan malah bikin nangis, hehe.."
Saat saya mencermati komentar teman saya itu, saya merasa memang ada benarnya juga. Gaya saya bercerita berbeda dari dulu. Dulu saya selalu bercerita tentang hal yang menyenangkan, yang gembira. Mungkin kalau dulu, saya sebagai anak kecil, memang yang ada di pikiran saya cuma kegembiraan. Matahari cerah yang terbit tiap pagi, kupu-kupu di taman yang penuh bunga, kasih sayang orang tua, pelangi setelah hujan reda.. ya hal semacam itulah.
Kalau sekarang, mungkin karena saya sudah mulai berfikir lebih dewasa, sudah tahu rasanya kehilangan, disakiti, dan sebagainya yang menyakitkan, cara saya bercerita lebih didominasi hal-hal seperti itu. Tapi saya selalu menerima kritik dan saran dari teman-teman ataupun pembaca yang membaca tulisan saya ini. Saya masih muda (jiaah :p ) masih awam dan hijau dalam dunia pena ini. Masih banyak yang perlu saya perbaiki, masih banyak yang harus saya pelajari. Jadi harap dimaklumi kalau kemampuan saya menulis masih ecek-ecek alias tingkat bawah.
Sekarang, menulis hanya saya lakukan sebagai hobi saja. Menanggapi komentar teman saya tadi, saya jadi kepikiran untuk membuat tulisan yang berkesan 'menyenangkan' seperti dulu. Dan saat ini saya masih dalam tahap mencari ilham, haha :D
Hey ilham, dimana kamuuuu?
With love,
Dedott :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar